BONTANG – Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja (Kuker) ke PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Bontang, Selasa (12/8/2025).
Kuker itu disambut baik Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni dan Direktur Utama PT PKT, Gusrizal.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ahmad Yohan mengatakan, pentingnya sinergi antara DPR RI, pemerintah, industri, dan masyarakat demi mendukung ketahanan pangan nasional.
Kata dia, ketersediaan pupuk subsidi untuk rakyat adalah hal yang wajib untuk mendukung swasembada pangan.
“Penting bagi perusahan agar ketersediaan pupuk subsidi untuk rakyat,” ucapnya.
Selanjutnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Fraksi Golkar, Panggah Susanto, mengingatkan pentingnya keberlanjutan industri pupuk yang telah dibangun sejak 1970-an, termasuk pengembangan produk turunan seperti amonia, ammonium nitrat, dan soda ash.
Menurutnya, industri pupuk adalah bagian dari industri kimia strategis bagi ketahanan pangan dan pembangunan nasional.
Sehingga, mendorong pengembangan berkelanjutan untuk mendukung sektor pertanian, perikanan, dan industri kimia melalui peningkatan kompetensi SDM dan pembangunan pabrik-pabrik strategis.
Sementara itu, Wali Kota berharap adanya dukungan untuk Bontang, khususnya terkait konsolidasi pupuk untuk kebutuhan pertanian.
“Kami harap wakil rakyat terus medukung kebutuhan pertanian termasuk Bontang,” ucapnya.
Selain itu, dia juga menyoroti persoalan infrastruktur jalan menuju Bontang yang rusak, serta pentingnya percepatan pembangunan jalan tol.
Rencana pembangunan tol tersebut diharapkan mulai konstruksi pada akhir 2026-2027, dengan dukungan berbagai pihak.
Neni menegaskan bahwa Bontang merupakan kota yang aman dan nyaman untuk kegiatan investasi.
“Semoggah percepatan pembangunan jalan tol dan DPR RI mendukung itu,” harapnya.
Diwaktu yang sama, Direktur Utama PT PKT, Gusrizal, menjelaskan peran PKT sebagai bagian dari Pupuk Indonesia Group dalam memproduksi berbagai jenis pupuk seperti urea, NPK, pupuk khusus, dan pupuk hayati.
Gusrizal memaparkan kapasitas produksi pabrik amonia, urea, dan NPK, serta fasilitas penyimpanan dan distribusi yang dimiliki PKT.
Dia juga menegaskan komitmen PKT terhadap keberlanjutan melalui inovasi pengurangan emisi, pengelolaan limbah, efisiensi energi, dan rehabilitasi lingkungan.
Sejumlah program pengembangan dipaparkan, mulai dari efisiensi biaya produksi melalui Defensive Armament V2, optimalisasi kapasitas dan pembangunan pabrik amonia-urea di Papua Barat.
Kemudian, pembangunan pabrik soda ash untuk substitusi impor, hingga rencana pabrik NPK berbasis nitrat dan proyek bioenergi B40.
“Berharap dukungan Komisi IV DPR RI, termasuk dalam hal pendanaan pembangunan pabrik baru,” ungkapnya.
Direktur Operasi Pupuk Indonesia, Dwi Satriyo Annurogo, menambahkan Pupuk Indonesia adalah produsen pupuk terbesar di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara, dengan kapasitas produksi tahunan yang besar, jaringan pabrik, gudang, kapal, dan distribusi yang luas.
Hingga 10 Agustus 2025, penyaluran pupuk bersubsidi secara nasional telah mencapai 4,54 juta ton atau 47,5% dari alokasi, sementara untuk Kalimantan Timur mencapai 15.795 ton atau 45% dari alokasi.
Dwi mengungkapkan perubahan paradigma distribusi, dari petani mencari pupuk menjadi pupuk mendatangi petani.
Untuk itu, dia juga mengusulkan perubahan skema subsidi dari cost plus menjadi mark-to-market agar harga pupuk lebih terjangkau, industri dapat berinvestasi, serta negara memperoleh tambahan penerimaan.
“Perlunya revitalisasi pabrik yang sudah berusia lebih dari 20 tahun,” punngkasnya. (*/Red)